Sepotong.....

Lilypie 6th to 18th Ticker

Saturday, February 24, 2007

Sepotong "Karena wanita ingin dimengerti -- Malam Minggu"

Belum malam minggu sih sebenernya, tapi sabtu sore ketika saya baru saja pulang dari acara melelahkan.

Sekitar Isya' lewat 30 menit saya tiba di gerbang depan perumahan Rancho Indah rumah tante saya yang akan saya kunjungi. Yup jadwal hari ini menginap di sana, untuk mempermudah acara olah rasa keesokan harinya.

Sempat tergoda untuk naik ojeg karena saat itu rasanya ingin segera pulang, mandi dan tidurr....Tapi karena batin masih kesal dengan acara tadi, saya memilih untuk jalan saja toh tidak seberapa jauh, siapa tau di jalan nemu duit seratus ribu jatuh kan lumayan

Baru 30 meter melangkah, dari kejauhan tampak keramaian di kanan kiri jalan. Banyak stand dadakan di bahu-bahu jalan menambah sempit jalan yang memang sudah sempit itu. Saya perhatikan stand-stand itu tampak sepi pengunjung. Yah, paling 1-2 pengunjung melihat-lihat.

Ketika melewati stand baju tidur wanita, dalam hati saya berkomentar, "Mana ada yang mau beli baju tidur ga ada seksi2nya." Model baju tidur yang dijual memang model piyama dan daster gombrong2. Yang kalau dipakai oleh wanita berbobot extra, dia akan nampak seperti karung, sedangkan bila saya yang pakai (maaf saja, saat ini saya memang sedang langsing2nya terlalu langsing malah ) akan tenggelam. Baru saja komentar dalam hati selesai sambil terus melangkah, saya langsung terkesiap. Jelas-jelas di depan mata beraneka macam BH warna-warni tergantung dengan indahnya pada beberapa hanger. Ternyata itu adalah stand yang menjual pakaian dalam wanita. Stand itu sepi (jelaslah!!!) padahal sepanjang pengetahuan saya, komoditas seperti ini kecil kemungkinan ruginya.Saya perhatikan stand itu berada di antara stand kaos-kaos pria (yang juga sepi). Engga salah sih mau gantung-gantung BH seperti itu. Tapi mana ada cewe yang "tega" beli. Tidak semuanya sih, tapi kebanyakan wanita lebih nyaman membeli barang pribadinya dengan sembunyi-sembunyi dan tidak diperhatikan oleh lawan jenisnya.

Mendekati rumah yang dituju, saya menemukan juga stand yang paling ramai dikunjungi. Sekitar 4-5 wanita usia ibu-ibu ngga muda merubungi stand yang terletak mojok dengan penerangan yang sewajarnya. Tidak jelas barang apa yang dijual karena tidak ada sesuatupun yang digantung. Saya sempatkan mengintip, ternyata tidak berbeda dengan stand yang membuat saya terkesiap tadi.

Tuh...benar kan.....kalo tau caranya, barang ini yang akan paling laku di acara-acara seperti ini.
Karena wanita memang hanya ingin dimengerti




In a sentimental mood
( ELLA FITZGERALD)

In a sentimental mood
I can see the stars come through my room
While your loving attitude
Is like a flame that lights the gloom
On the wings of every kiss
Drifts a melody so strange and sweet
In this sentimental bliss
You make my paradise complete
Rose petals seem to fall
It's all I could dream to call you mine
My heart's a lighter thing
Since you made this night a thing divine
In a sentimental mood
I'm within a world so heavenly
For I never dreamt that you'd be loving sentimental me
posted by Dhy at 11:25 PM 1 comments

Thursday, February 22, 2007

Sepotong "Hatiku Hatimu"

Ternyata memiliki hati berserah itu suatu harta yang sangat berharga yang perlu usaha untuk mendapatkannya. Maka jagalah selalu ketika telah didapatkan. Tantangannya cukup berat. Ketika sudah dapat meredam tuntutan dari dalam,
tuntutan dari luar, khususnya orang2 yang disayangi dan dihormati, menjadi tantangan baru yang harus dihadapi.

Today, I call my brother for an inspiration. By the way, he is an amazing Man in the world :D . I bet you will never meet a Man like him except him :D . Yeah...everybody is unique.
Actually I call him to tell about my condolence, hum....too exaggerated, my sadness related with Majapahit's site . Before I post that, there is no Majapahit's situs anymore. The last rubble have gone..........

By the way, the valuable thing from our 30 minute's conversation is his sentence : "Selalu merasa butuh Sang Guru / Kristus / Nur Muhammad." :)

He is my brother too ya Wandaaaa



Kekasih
by Rafika Duri

dimana...
dimasa kini
cinta putih susah dicari
tanyakan hatimu
lupakan egomu
jangan biarkan
kasih berlalu

mengapa kau pergi lagi
meninggalkan kasih sendiri
tiada alasan...
juga tiada pesan...
kau tega...
oh sungguh
kau tega...

jangan sampai kau terlena
seperti diriku yang dulu
jangan biarkan dia pergi
nanti kau kan menyesal jua
dia irama hidupmu
mohon maaf kembali padanya

kekasih...
tiada duanya
jangan sia-siakan dia
kharisma cintanya
suci tak bernoda
yang didambakan
posted by Dhy at 9:20 PM 0 comments

Friday, February 16, 2007

Sepotong "Almarhum Bunda Theresa"

”Orang acap tak bernalar. Biar begitu maafkanlah mereka. Bila engkau baik, orang akan menuduhmu meyembunyikan motif pribadi. Biar begitu tetaplah bersikap terpuji. Bila engkau mendapat sukses, engkau bakal mendapat teman-teman palsu dan musuh-musuh sejati. Biar begitu tetaplah fokus pada keberhasilan. Bila engkau jujur orang akan menipumu. Biar begitu tetaplah jujur. Kebaikan yang engkau lakukan hari ini dilupakan orang keesokan hari. Biar begitu tetaplah menjadi manusia bajik.”
posted by Dhy at 10:24 AM 0 comments


You Light Up My Life

So many nights, I'd sit by my window,

Waiting for someone to sing me his song.
So many dreams, I kept deep inside me,
Alone in the dark, but now you've come along.

And you light up my life,

You give me hope, to carry on.
You light up my days
And fill my nights with song.

Rollin' at sea, adrift on the waters
Could it be finally, I'm turning for home
Finally a chance to say, "Hey, I Love You"
Never, never again to be all alone.

You light up my life,

You give me hope, to carry on.
You light up my days
And fill my nights with song.

You light up my life

You give me hope to carry on
You light up my days
And fill my nights with song....

It can be wrong
When I feel so right
'Cos you
You light up my life

posted by Dhy at 8:29 AM 0 comments

Wednesday, February 14, 2007

Sepotong "Belajar"

Sepasti fajar di pagi hari
Yang selalu terbit tepat pada waktunya
Aku mau percaya Tuhan
Bahwa pertolonganmu bagiku
Akan selalu sampai tepat pada waktunya
Sekalipun aku belum melihat apapun hari ini
Aku mau tetap percaya pada-Mu
Percaya pada janji-janji-Mu

Selamat hari Pepadang untuk yang merayakan & Selamat hari kasih sayang juga bagi yang merayakan :)

Saya mendapatkan kutipan di atas dari sebuah lagu berjudul Janjimu Seperti Fajar yang dinyanyikan Franky Sihombing. Pertama kali mendengar lagu itu di sebuah Kopaja urusan Blok-M - Depok. Liriknya sudah saya tulis kemarin-kemarin, lagunya baru saya dapat hari ini (thanks mba :) ).

Manusia (tepatnya saya :P ) memang tidak pernah belajar dari sejarah. Sudah berapa kali pengalaman membenturkan, bahwa setiap hal pasti ada hikmah, ada maksudnya, ada sesuatu yang bisa dipetik.

Seperti pengalaman batal untuk mendapatkan sesuatu yang benar-benar diinginkan selama 7 tahun , lebih dari semua yang ada di dunia (siapa ya.....eh...apa ya.... :P ). Toh pada akhirnya saya bersyukur bukan kepalang karena diantara bermacam-macam do'a-do'a yang dikabulkan-Nya, untuk yang satu ini tak pernah sekalipun dikabulkan-Nya . Thank's God . Atau pengalaman menyesal dapat sesuatu yang di luar ekspektasi, tapi ternyata di situ dapat pengalaman sangat berharga yang bisa merubah cara pandang saya mengenai kehidupan yang memang hanya bisa didapatkan di situ (oh.....I love GMP ;) )

Lalu pengalaman, what you resist persist, seperti tidak suka naik ojeg, dalam minggu ini sudah 3 kali naik ojeg karena memang harus begitu. Akhirnya, oh...saya mencintai ojeg :p
Dan sekarang nampaknya pernyataan itu harus dihadapi lagi untuk kedua kalinya untuk hal yang lebih besar.
Terkadang berpikir, kenapa terus dibenturkan ke hal-hal seperti ini lagi dan lagi , kenapa tidak yang saya suka saja yang harus dihadapi sehingga tidak perlu ada extra effort untuk menimbang-nimbang dan menerima.
Ya, karena masih belum mau belajar kali ye........don't complaint too much girl

Mungkin, mungkin lho.....karena pada dasarnya manusia memang tidak boleh membenci sesuatu dan harus selalu bisa Rela, Sabar dan Menerima semua kehendak-Nya (hmpf....) .

Tanganmu membelaiku
Cintamu memuaskan-Ku
...dan kutahu betapa dalam kasih-Mu

Labels:

posted by Dhy at 10:26 PM 1 comments

Sepotong "Blue"


by : Phill Collins

When Im feeling blue, all I have to do
Is take a look at you, then Im not so blue
When youre close to me, I can feel your heart beat
I can hear you breathing near my ear
Wouldnt you agree, baby you and me got a groovy kind of love

Anytime you want to you can turn me onto
Anything you want to, anytime at all
When I kiss your lips, ooh I start to shiver
Cant control the quivering inside
Wouldnt you agree, baby you and me got a groovy kind of love, oh

When Im feeling blue, all I have to do
Is take a look at you, then Im not so blue
When Im in your arms, nothing seems to matter
My whole world could shatter, I dont care
Wouldnt you agree, baby you and me got a groovy kind of love
We got a groovy kind of love
We got a groovy kind of love, oh
We got a groovy kind of love
posted by Dhy at 4:58 PM 0 comments

Tuesday, February 13, 2007

Sepotong "Reiki"

Kemarin hari yang sangat melelahkan. Jalan dari SGU-ITC BSD-BSD Junction-ITC BSD-STC Senayan sampai sore, ga ketemu juga barang yang cocok.
Sampai rumah menyapa2 sebentar teman2 yang ol.
Setelah nonton Intan, makan malam, nyapa2 lagi temen yang ol, nelpon sohib yang katanya mau nikah,kemudian pergi tidur lebih awal karena badan pegel semua khususnya kaki, karena selama jalan menggunakan sepatu ber-hak.

Jam 11 malam, dalam kekhusyukan tidur.
Hp berbunyi
Me : [nada mengantuk berat]Halo, iya.....
He : Tahu ngga kenapa kita bisa dekat selama ini.
Me : Hmm........(mikir sambil ngantuk) karena aku mengerti kamu dan kamu mungkin mengerti aku.
He : Iya, aku kan ikut reiki, ternyata dulu kamu pembantuku.
Me : Hei.....malam2 gini kamu nelpon aku cuman mau bilang kalo aku dulu pembantumu ??!!!
.....bla bla bla..........
................................................................


Ps : Tapi bila memang dulu kita terhubung, I think I was your mom ;)

Emotion
by : Destiny Child

[Kelly]
It's over and done
But the heartache lives on inside
And who's the one you're clinging to
Instead of me tonight?

And where are you now, now that I need you?
Tears on my pillow
wherever you go
I'll cry me a river that leads to your ocean
You'll never see me fall apart

In the words of a broken heart
It’s just emotion
Taking me over
Caught up in sorrow
Lost in the song
But if you don't come back
Come home to me, darling
Don’t you know
there's nobody left in this world to hold me tight?
Don't you know
there's nobody left in this world to kiss goodnight
Goodnight, goodnight

[Beyonce']
I'm there at your side,I'm part of all the things you are
But you've got a part of someone else
You've got to find your shining star

And where are you now, now that I need you?
Tears on my pillow wherever you go
I'll cry me a river that leads to your ocean
You'll never see me fall apart

In the words of a broken heart
It’s just emotion taking me over
Caught up in sorrow
Lost in the song
But if you don't come back
Come home to me, darling
Don’t you know
there's nobody left in this world to hold me tight?
Don't you know
there's nobody left in this world to kiss goodnight
Goodnight, goodnight

And where are you now,
[Michelle]
now that I need you?
Tears on my pillow
wherever you go
I'll cry me a river that leads to your ocean

You'll never see me fall apart
In the words of a broken heart
It’s just emotion taking me over
Caught up in sorrow
Lost in the song
But if you don't come back
Come home to me, darling
Don’t you know
there's nobody left in this world to hold me tight?
Don't you know
there's nobody left in this world to kiss goodnight
Goodnight, goodnight
posted by Dhy at 11:14 AM 0 comments

Tuesday, February 06, 2007

Sepotong "Evakuasi"

Hasrat untuk mengungsi bertambah kuat ketika mas Oddy membacakan berita di TV bahwa BMG memastikan bila hujan di Jakarta akan berlangsung setidaknya selama 5 hari. Didukung oleh berita Ciledug yang tenggelam serta telepon dari tante Yanti yang menyarankan saya untuk secepat mungkin mengungsi.

Hari Minggu saya memutuskan untuk pindah dari rumah mba Maya ke rumah tante di Mataram Kebayoran Baru (tempat saya memang seharusnya tinggal he he he). Akan merepotkan bila terlalu lama di sana, karena air dan bahan makanan harus mereka irit. Toko-toko di sekitar mulai kehabisan stok. Tidak ada yang tahu pasti jalan yang bebas banjir yang dapat dilewati. Beruntung minggu siang ini jam 10 saudara saya tiba di Bandara Soekarno Hatta menuju rumah. Satu-satunya jalan yang dilewati kendaraan adalah tol. Dalam keadaan darurat seperti ini, semua kendaraan dibebaskan masuk tol, begitu juga penumpang dipersilakan mencegat kendaraan di dalam tol. Saya masuk dari tol Tanjung Duren, nyegat mobil saudara di pinggir jalan tol. Ada beberapa penumpang jurusan Bekasi menunggu Bis di situ juga. Satu jam menunggu, akhirnya mobil tiba juga. Saya kira petualangan banjir telah berakhir.

Kira-kira jam 1 siang Kris menelpon kembali (Kris yang paling getol memantau keadaan saya dan keluarga mba Upi) menginformasikan bahwa pemuda Pangestu Depok akan datang ke rumah mba Upi untuk melihat keadaan dan memberikan bantuan yang diperlukan. Untuk itu saya perlu kembali lagi ke lokasi banjir .

Kira-kira jam 3, kami ber-7 dengan menumpang Jeep tahun 1983 menuju lokasi dengan terlebih dulu membeli bahan makanan yang dibutuhkan di Hero Slipi. Hero dipadati oleh pembeli, bahan makanan tinggal tersedia sedikit, segala bentuk air mineral habis tak tersisa. Selesai belanja, secepat mungkin kami menuju rumah Mba Maya sebagai tempat transit.

Setelah menukar alas kaki dengan sandal jepit yang tersedia, kami mendekati lokasi menggunakan jeep. Kira-kira di tempat yang air tidak memasuki knalpot, jeep berhenti dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Kemudian dipilih dua orang yang mampu mengendarai jeep dan paling rapi ;) , Dasa dan Bram, untuk bertugas menjaga mobil, bila sewaktu-waktu air naik maka mobil harus segera dipindah ke tempat yang lebih aman.

Ekspedisipun dimulai kami masuk ke lokasi dengan berjalan kaki. Whiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii nnnnjiiiiiiijjjjjjjiiiiiiiiikkkkkkiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii. Sebagai gambaran, lokasi tujuan terletak di tempat yang strategis, dekat dengan pasar Grogol, kantor pos (he he kalo ini ga berpengaruh dengan penggambaran yang ingin saya sampaikan), pedagang-pedagang makanan, seperti mie ayam, sate de el el, sungai yang kotor (semua sungai di Indonesia kotor dan bauuuuuuuuu ), got-got yang dalam dan juga bauuuu , bisa dibayangkan barang-barang yang mengapung di sana adalah "barang-barang strategis". Nah kondisi itulah yang kami hadapi. Ditambah arus yang deras sehingga sering saya dengan massa yang tidak memadai ini terdorong untuk hanyut ke arah sungai yang ada di kanan jalan. Dengan menyusuri trotoar kami berjalan saling berpegangan menuju jembatan penyeberangan. Saat itu ketinggian air masih sebatas lutut dan paha. Semakin mendekat ke lokasi, air semakin tinggi hingga mencapai pinggang. Saya yang tadinya menyesal kenapa tidak jadi berganti celana pendek dan tetap memakai jeans panjang jadi bersyukur, karena saya pikir jeans akan lebih menyaring kotoran2 yang masuk (usaha menenangkan diri :p) . Saya sempat nyengklak pada Kris ketika air mencapai dada. Tapi kemudian turun kembali dan memasrahkan diri berhadapan dengan para kotoran yang hanyut yang sesekali mampir ke badan.

Sesampainya di depan rumah, pintu gerbang terkunci rapat. Namun keramaian yang kami timbulkan membuat penjaga rumah sebelah (rumah sebelah memiliki pintu penghubung dengan rumah Pakdhe), mas Rendi, keluar dan membukakan pintu untuk kami. Pakdhe, budhe dan mba Upi menyambut kami di lantai bawah. Ketinggian air meningkat semenjak saya tinggalkan. Sofa yang tadinya masih tegak berdiri kini sudah mulai melanglang ke kiri dan ke kanan.

Semua bekal dibongkar di lantai atas. Setelah berdoa bersama, Kris menyampaikan kondisi di luar kepada seluruh penghuni rumah sehingga beliau-beliau setuju untuk dievakuasi . Saat itu diperlukan kontak ke Dasa atau Bram untuk memberitahukan adanya evakuasi dan mengetahui kondisi di luaran tapi........... hand phone yang dibawa hanya satu ! Itupun yang paling lowbat dan tidak ada nomer keduanya di phone book......wha...... no one can remember their digit. Dengan metode gethok tular, hubungan dengan Dasa dapat dilakukan melalui telepon rumah yang sudah aktif kembali , ia mengingatkan kami untuk segera keluar dari lokasi, karena jalanan semakin gelap karena tidak adanya listrik menyala serta air yang bertambah tinggi mengharuskannya memindahkan jeep ke tempat yang lebih jauh. Kris minta minimal 30 menit untuk keluar dari lokasi.

Kira-kira pukul 6.15 p.m kami keluar dari rumah. Logistik ditinggal untuk persediaan mba Eni dan suaminya yang bersedia menjagakan rumah selama banjir. Hanya 5 menit kami menunggu, sebuah gethek yang didesain dari tumpukan kursi warung lewat. Empat orang, keluarga pakdhe ditambah mba Supi naik di atasnya. Kami berjalan disampingnya sambil membawakan barang-barang yang diletakkan di atas ember. Arus lebih deras dari yang sebelumnya. Kali ini kami menukar arah agar tidak terlalu sering melawannya.

Perjalanan memakan waktu lebih dari 30 menit, Dasa sudah memindahkan jeep mendekati tempat transit . Sesampainya di rumah mba Maya, keluarga mba Upi disambut hangat oleh tuan rumah , telah disediakan sebuah kamar untuk mereka. Kami sendiri hanya minum dan recharge tenaga sebentar sebelum kembali ke markas Gandaria. Komentar Pakdhe saya yang mengungsi : "Ternyata di sini lebih enak ya"

Mission successssss


Terimakasih kepada :
Kris, Jati, Adit, Aan, Dasa, Bram, Mas Kelik, mba Bebi, posko Pangestu




JANJI-MU SEPERTI FAJAR
Afen Hardiyanto

KETIKA KUHADAPI KEHIDUPAN INI
JALAN MANA YANG HARUS KUPILIH
KU TAHU KU TAK MAMPU
KU TAHU KU TAK SANGGUP
HANYA KAU TUHAN TEMPAT JAWABANKU

AKU PUN TAHU KU TAK PERNAH SENDIRI
S'BAB KAU ALLAH YANG MENGGENDONGKU
TANGAN-MU MEMBELAIKU
CINTA-MU MEMUASKANKU
KAU MENGANGKATKU KE TEMPAT YANG TINGGI

REFF:
JANJI-MU SEPERTI FAJAR PAGI HARI
DAN TIADA PERNAH TERLAMBAT BERSINAR
CINTA-MU SEPERTI SUNGAI YANG MENGALIR
DAN KU TAHU BETAPA DALAM KASIH-MU

Labels:

posted by Dhy at 12:20 PM 0 comments

Monday, February 05, 2007

Sepotong "Banjir"

"Semarang kaline banjir ..... "

Semarang memang kota banjir, tepatnya kota air, sejak jaman Belanda. Langganan banjir setiap tahun di kawasan Semarang bawah adalah hal biasa. Kebetulan, keluarga saya tinggal di Semarang bagian atas, jadi kemungkinan banjir sangat kecil. Kalau sampai Semarang atas banjir, seluruh duniapun tahu, roda pemerintahan di kota Semarang berhenti, karena pusat pemerintahan berada di Semarang bawah, dan Semarang pun akan menjadi lautan bergabung dengan laut Jawa.

Tapi saya pernah mengalami banjir tahunan di Semarang atas saat masih SMU. Saat itu saya tinggal bersama sepupu di rumahnya yang ditinggalkan orangtuanya ke luar jawa di daerah Banyumanik (kurang tinggi apa coba .....) . Namun banjir itu curang , di satu kompleks perumahan itu, hanya rumah kami yang banjir. Agaknya karena sudah beberapa lama rumah tidak ditempati, pembangunan saluran air (got) di sekeliling rumah dibuat lebih tinggi dari rumah kami (uh....mentang2 ngga ada yang protes ). Sehingga setiap hujan lebat (hujan tahunan) air pasti masuk ke dalam rumah. Saat itu seluruh penghuni rumah naik ke tempat2 yang lebih tinggi (kasur, kursi) supaya tetap kering, setelah hujan berakhir, semua orang rumah turun membersihkan sampah2 yang ditinggalkan oleh banjir. Banjirnya tidak terlalu tinggi, hanya semata kaki, tapi kotorannya itu lhoo....wuih........ Satu setengah tahun kami mengalami hal ini, di tahun berikutnya kami melakukan antisipasi dengan menempelkan malam (lilin yang biasa dibuat mainan anak TK ) untuk menutup sela2 pintu dan semua jalan yang bisa dilalui air dari luar. Berhasil ! Air naik hanya di kamar mandi, dan tidak meluap sampai ke ruang-ruang di sekitarnya.

Masih berkaitan dengan Batavia trip saya (haiah membela diri, padahal .... :p ), hari Kamis kemarin saya sowan ke keluarga kakak ayah saya (pakdhe) yang tinggal di Grogol. Kebiasaan orang jawa menjaga tali silaturahmi dengan sowan-sowan dari satu sodara ke sodara yang lain, dan tentu saja harus menginap, paling tidak harus makan Saya pernah tinggal di sini selama 6 bulan kala ngantor di Kebon Jeruk. Tinggal bersama keluarga pakdhe ini berasa kembali ke rumah orang tua saya. Ayah dan pakdhe memiliki karakter dan air muka yang mirip jadi berasa tidak ada bedanya he he he....

Karena malamnya berkutat dengan photoshop hingga larut malam, Jumat pagi sekitar pukul 5 saya merasa ogah-ogahan untuk bangun ketika Budhe berteriak meminta supaya para asisten rumah tangga bangun dan menolong beliau memindahkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi, "
Supi......, Eni........, bangun....bantu Ibu ngangkat-angkat barang........". Namun mendengar jenis perintahnya yang tidak biasa, saya paksakan juga untuk bangun dan keluar melihat apa yang terjadi. Ternyata oh ternyata, air sudah meluap menggenangi garasi yang letaknya memang paling rendah dibanding daerah lainnya. Alhamdulillah mobil-mobil sudah dipindahkan. Ternyata sejak jam 2 pagi, Masjid di sebelah rumah telah mengumumkan bahwa Pasar Grogol telah terendam air. Saat itu yang terjaga hanya sepupunya sepupu, mas Nanang, yang tidur di lantai atas. Inisiatif dia memindahkan semua kendaraan ke rumah sebelah yang lebih tinggi . Jarak antara pasar Grogol dengan rumah sekitar 100m.

Melihat kenaikan air yang menurut saya cukup cepat, saya sarankan agar barang-barang tidak hanya dinaikkan ke tempat yang lebih tinggi, namun dinaikkan ke lantai 2 sekalian . Namun sebagai pendatang baru yang buta dengan masalah banjir di Grogol, saya menurut saja ketika dikatakan bahwa banjir tahunan seperti ini adalah hal biasa. Benar saja, sekitar jam 9 air terus naik dan tidak ada pertanda surut meski hujan sudah mereda. Barang-barang pun mulai dinaikkan ke lantai 2. Sepupu saya bilang, banjir kali ini tidak biasa, karena biasanya banjir maksimal hanya semata kaki, dan airnyapun tidak sekeruh sekarang. Sekitar pukul 11, pakaian-pakaian, komputer mulai dinaikkan ke lantai atas. Kasur-kasur diberdirikan di atas kursi di atas ranjang, barang-barang yang tidak mungkin dibawa ke lantai atas seperti piano,sofa, kursi-kursi dan kursi periksa gigi, diikhlaskan tak tertolong. Ada satu hal yang benar-benar kami lupakan, air bersih !
:O Baru mulai pukul 8 pagi kami menampung air bersih, sehingga air yang bisa ditampung sangat terbatas karena tak berapa lama kemudian air banjir sudah bercampur dengan air PAM, listrik pun sudah dimatikan.

Air mulai memasuki rumah dari kolam ikan di teras belakang. Setiap melintasi genangan air, buru-buru saya cuci kaki dengan sabun. Dua jam kemudian, ketika air semata kaki dan menggenangi seluruh ruangan, ritual itu ditinggalkan namun saya dan sepupu masih menjerit-jerit jikalau ada kecoa yang mengambang di sekitar kaki (biar banjir, masih genit juga he he.... ) . Sekitar pukul 12, ketika air sudah melewati betis, hanya satu yang menjadi kekhawatiran saya
"Kita nggak melihara lele kan ?" mengingat ada kolam ikan di teras belakang. Saat itu air benar-benar keruh, melihat kaki sendiripun tidak bisa.

Puji Tuhan kami masih bisa makan siang kompor gas memang tidak bisa dipindahkan karena selangnya sudah dipasang permanen, jadi setiap memasak, mba Eni & Supi harus turun ke dapur dan berbasah-basah ria.

Di lantai atas tersedia 3 buku,
Why Men Don't Listen And Women Can't Read Maps , TOEFL Longman dan Patologi. Saya pilih yang pertama , mba Upi (terpaksa ) pilih yang terakhir dan mas Nanang memilih tidur sebagai pembunuh waktu.

Pengalaman banjir semata kaki waktu SMU (he he he....semata kaki aja gaya :p ) cukup memberikan pelajaran bagi saya mengenai gejala-gejala banjir yang akan surut. Ditambah info bahwa salah satu tanggul sungai di dekat rumah jebol, memaksa saya untuk waspada. Saat itu yang ada dalam benak hanyalah, mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Line telepon sempat terputus beberapa jam, satu-satunya akses ke luar hanyalah hp. Semua teman dan saudara di Semarang, Bandung, Tangerang, Depok yang diperkirakan tidak mengalami masalah banjir, dimintai tolong untuk memberikan informasi apa saja berkaitan dengan banjir yang melanda Jakarta, khususnya daerah Grogol. Jadi maap ya....yang lagi rapat ;) , lagi kerja de el el. Tapi trimakasih banyak lho..... yang masih menyempatkan diri menanyakan keadaan serta memberikan info-info yang berarti. Pastinya dari informasi yang didapat, Jumat sore sudah ada
feeling bahwa banjir ini tidak akan surut dalam 1-3 hari, artinya : harus mengungsi ! Mengingat besok Sabtu adalah wisuda sepupu saya di UI Depok, saya dan sepupu, mba' Upi, berinisiatif untuk keluar sementara dari daerah banjir untuk persiapan besok. Untuk itu diperlukan informasi mengenai jalan-jalan yang bisa dilalui. Sayangnya, saudara yang tinggal di dekat jalan utama, Jl. Sudirman, sedang pergi ke Singapore, anak-anaknya sulit dihubungi (jaringan komunikasi mendadak menjadi selektif dalam memilih nomer-nomer yang bisa dihubungi), teman yang bekerja di jalan Sudirmanpun belum membalas sms karena pending berjam-jam (baru dibalas jam 3 pagi, waks....) .
Mas Nanang yang menurut saya intuisi untuk bertahan hidupnya tinggi, sudah sejak jam 3 sore meninggalkan rumah naik
gethek ke Citraland yang berjarak sekitar 500m dengan membayar Rp. 40ribu . Dari dia bisa diketahui bahwa jalanan macet total. Sekitar jam 6 sore ia baru sampai jembatan Semanggi, dan harus turun di situ karena jalanan macet. Batallah niat kami untuk melarikan diri sementara, artinya batal juga wisuda esok (tapi selamat ya mba Upi....tetep jadi dokter kok walau diragukan kemanjuran mengobatinya karena ga diwisuda ).

Karena badan lelah setelah kerja bakti, seluruh penghuni
tewas sekitar pukul 8 malam. Sabtu pagi sekitar jam 3 teman yang bekerja di jalan Sudirman, mba Bebi, baru menerima lalu membalas sms (sedang menyusui ya :) ) yang membuat saya terjaga. Saat itu saya baca juga sms yang dikirimkan pada jam 9 malam oleh teman dari Semarang, Chandra, mengenai berita situasi terakhir banjir di Jakarta yang semakin parah, Ciledug tenggelam, iapun menyarankan saya untuk mencari hubungan komunikasi dengan tim SAR.

Saya tidak tahu dengan pasti topografi Ciledug dan hubungannya dengan daerah yang saya tinggali sekarang, yang saya tahu setiap berangkat dan pulang kerja di kebon jeruk, saya naik bus jurusan Grogol-Ciledug dan salah satu tante saya, sempat tinggal di sana selama 2-3 tahun 20 tahun yang lalu. Kembali saya hujani teman-teman dengan sms menanyakan nomor telepon SAR, hanya beberapa orang saja ding yang punya potensi menjawab, karena pulsa sudah mepet. Diperolehlah nomor penting itu, ditambah lagi adanya pengusahaan bantuan dari posko BNI untuk memberikan bantuan khusus perahu karet ke tempat kami. Memang, tempat kami tidak separah daerah lain yang dilalui tim SAR, tapi dengan pertimbangan sanitasi, suplai makanan (karena tidak parah, bantuan makanan minuman tidak sampai), air bersih, keselamatan , menurut saya penting untuk segera meninggalkan rumah. Kenapa menurut saya ? Karena, hanya saya dan mba Upi yang berpendapat seperti itu, anak-anak muda, mungkin karena hasrat untuk bertahan hidup masih tinggi. Berbeda dengan Pakdhe dan Budhe yang nampak masih tenang-tenang saja. Saya jadi bertanya-tanya pada mba' Upik , "
Aku yang tidak terbiasa dengan banjir, atau Pakdhe dan Budhe yang terlalu tenang ?" Jawabnya, "Kamu yang tidak terbiasa dengan banjir, dan bapak ibuku yang terlalu tenang."
Menurut beliau-beliau banjir akan segera surut dalam beberapa jam lagi, karena dulu-dulu seperti itu walaupun tidak pernah lebih dari mata kaki. Sayang sekali memang, dari orang-orang yang menghubungi dan dihubungi beliau saya kira tidak ada satupun yang memberitahukan situasi yang terjadi di luar. Tapi saya maklum, sangat maklum, karena itu adalah rumah beliau, nilai rasa memilikinya pasti berbeda dengan saya yang hanya datang berkunjung. Saya kira orang-orang yang menghubungi beliaupun akan mengira bahwa kami baik-baik saja, karena setiap ditelepon beliau-beliau tampak tenang-tenang saja bahkan mengajak bercanda. Padahal...:O

Agak ngga enak hati juga ketika akhirnya saya memutuskan untuk mengungsi sendirian. Sebelum pergi saya coba buat pengkondisian hal-hal yang diperlukan apabila pada akhirnya penghuni rumah bersedia mengungsi. Setelah packing barang-barang yang sekiranya perlu dibawa bila akhirnya pakdhe budhe memutuskan mengungsi, saya pun pamitan dan
sekali lagi membujuk beliau untuk ikut mengungsi, hasilnya........gagal............http://photos1.blogger.com/x/blogger/668/2174/1600/679300/cetuk.gif

Sambil menunggu
gethek lewat saya amati keadaan sekitar. Di depan rumah kami adalah restoran Pondol yang cukup terkenal, mereka memiliki genset sebagai sumber listrik, letaknyapun lebih tinggi dari rumah kami karena merupakan bangunan baru. Di sebelah kiri Pondol adalah bangunan lama yang ditempati oleh anak kos. Saya lihat ada seorang pria yang terus membuang air dari teras rumahnya ke jalanan. Ketika ditanya apa yang sedang dilakukannya, dia menjawab "Sedang membuang kotoran banjir." waks.... banjir memang membuat orang menjadi semakin tidak jelas, saya balas saja "Oh, nanti kalau sudah selesai tolong rumah sini juga ya..... :D". Mobil-mobil yang dipindah ke rumah sebelah sudah tergenang jok-joknya, sudah pasti harus turun mesin. Di depan saya dua orang berkutat dengan meja-meja yang disusun menjadi gethek. Berkali-kali mereka mencoba gethek yang dibuat, dan berkali-kali pula mereka terjatuh kembali ke air. Bahkan salah satu di antaranya sempat menawarkan pada saya untuk naik gethek mereka dengan gratissss, tapi terimakasih deh Bang, lain kali aja gratisannya

Tiga puluh menit saya menunggu, kira-kira jam setengah 1 siang lewatlah sebuah gerobak sampah yang telah didesain sedemikian rupa sehingga tersedia tempat duduk dan bagasi ala kadar untuk orang yang mau menumpang di atasnya. Sebelumnya saya sudah kontak dengan saudara saya yang lain, sepupu ibu, yang tinggal di daerah Grogol juga namun daerahnya kering, listrik masih menyala, meski PAM sudah mati tapi akses untuk air bersih masih mudah. Putri beliau, mba Maya, akan menjemput saya di Jalan Tawakal Raya sebelah Trisakti.
Kurang lebih 15-20 menit perjalanan yang dibutuhkan untuk sampai di Tawakal Raya. Jalanan menuju jalan raya sudah mencapai dada orang dewasa. Di jalan raya masih ada daerah yang kering. Mobil-mobil diparkir di situ. Memutar Roxy Hp Center, banjir setinggi betis namun arusnya sangat deras, banyak anak-anak
keceh (bermain air) di situ. Di depan Rumah Sakit Sumber Waras banjir bertambah dalam hingga sepaha, halaman depan Rumah Sakit sendiri tingginya hanya setengah roda mobil. Di Trisakti sendiri banjir cukup dalam, lebih dari pinggang.Di Depan Tawakal Raya banjir mencapai pinggang, memasuki Tawakal Raya banjir semakin rendah.
Setelah bertemu dengan mba Maya, saya turun dari Gerobak Kebesaran :P dan membayar Rp. 60 ribu (btw itu kemahalan ! katanya sie......). Suasana pun mengharu biru (he he he exaggerated), biasa aja ding sesampainya di rumah yang berjarak kurang dari 50 meter, saya mandi, makan kemudian berhibernasi hingga makan malam tiba .







Thanks to : Kris Wijoyo, Chandra Yulian Pasha, Mas Oddy Anjar, mba Bebi, mbakyu suTining :), Tante Yanti sekeluarga, Mba Maya sekeluarga, pakdhe & budhe Gafar serta semua pihak yang telah membantu saya untuk mengungsi baik secara langsung maupun tidak langsung


posted by Dhy at 10:56 AM 1 comments

  • Blogger

  • Google

  • Finalsense

  • Sponsored Links

  • Downloads

  • Games Review

  • Technology Magazine

  • Templates

  • Designed by FinalSense