Sepotong.....

Lilypie 6th to 18th Ticker

Tuesday, February 06, 2007

Sepotong "Evakuasi"

Hasrat untuk mengungsi bertambah kuat ketika mas Oddy membacakan berita di TV bahwa BMG memastikan bila hujan di Jakarta akan berlangsung setidaknya selama 5 hari. Didukung oleh berita Ciledug yang tenggelam serta telepon dari tante Yanti yang menyarankan saya untuk secepat mungkin mengungsi.

Hari Minggu saya memutuskan untuk pindah dari rumah mba Maya ke rumah tante di Mataram Kebayoran Baru (tempat saya memang seharusnya tinggal he he he). Akan merepotkan bila terlalu lama di sana, karena air dan bahan makanan harus mereka irit. Toko-toko di sekitar mulai kehabisan stok. Tidak ada yang tahu pasti jalan yang bebas banjir yang dapat dilewati. Beruntung minggu siang ini jam 10 saudara saya tiba di Bandara Soekarno Hatta menuju rumah. Satu-satunya jalan yang dilewati kendaraan adalah tol. Dalam keadaan darurat seperti ini, semua kendaraan dibebaskan masuk tol, begitu juga penumpang dipersilakan mencegat kendaraan di dalam tol. Saya masuk dari tol Tanjung Duren, nyegat mobil saudara di pinggir jalan tol. Ada beberapa penumpang jurusan Bekasi menunggu Bis di situ juga. Satu jam menunggu, akhirnya mobil tiba juga. Saya kira petualangan banjir telah berakhir.

Kira-kira jam 1 siang Kris menelpon kembali (Kris yang paling getol memantau keadaan saya dan keluarga mba Upi) menginformasikan bahwa pemuda Pangestu Depok akan datang ke rumah mba Upi untuk melihat keadaan dan memberikan bantuan yang diperlukan. Untuk itu saya perlu kembali lagi ke lokasi banjir .

Kira-kira jam 3, kami ber-7 dengan menumpang Jeep tahun 1983 menuju lokasi dengan terlebih dulu membeli bahan makanan yang dibutuhkan di Hero Slipi. Hero dipadati oleh pembeli, bahan makanan tinggal tersedia sedikit, segala bentuk air mineral habis tak tersisa. Selesai belanja, secepat mungkin kami menuju rumah Mba Maya sebagai tempat transit.

Setelah menukar alas kaki dengan sandal jepit yang tersedia, kami mendekati lokasi menggunakan jeep. Kira-kira di tempat yang air tidak memasuki knalpot, jeep berhenti dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Kemudian dipilih dua orang yang mampu mengendarai jeep dan paling rapi ;) , Dasa dan Bram, untuk bertugas menjaga mobil, bila sewaktu-waktu air naik maka mobil harus segera dipindah ke tempat yang lebih aman.

Ekspedisipun dimulai kami masuk ke lokasi dengan berjalan kaki. Whiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii nnnnjiiiiiiijjjjjjjiiiiiiiiikkkkkkiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii. Sebagai gambaran, lokasi tujuan terletak di tempat yang strategis, dekat dengan pasar Grogol, kantor pos (he he kalo ini ga berpengaruh dengan penggambaran yang ingin saya sampaikan), pedagang-pedagang makanan, seperti mie ayam, sate de el el, sungai yang kotor (semua sungai di Indonesia kotor dan bauuuuuuuuu ), got-got yang dalam dan juga bauuuu , bisa dibayangkan barang-barang yang mengapung di sana adalah "barang-barang strategis". Nah kondisi itulah yang kami hadapi. Ditambah arus yang deras sehingga sering saya dengan massa yang tidak memadai ini terdorong untuk hanyut ke arah sungai yang ada di kanan jalan. Dengan menyusuri trotoar kami berjalan saling berpegangan menuju jembatan penyeberangan. Saat itu ketinggian air masih sebatas lutut dan paha. Semakin mendekat ke lokasi, air semakin tinggi hingga mencapai pinggang. Saya yang tadinya menyesal kenapa tidak jadi berganti celana pendek dan tetap memakai jeans panjang jadi bersyukur, karena saya pikir jeans akan lebih menyaring kotoran2 yang masuk (usaha menenangkan diri :p) . Saya sempat nyengklak pada Kris ketika air mencapai dada. Tapi kemudian turun kembali dan memasrahkan diri berhadapan dengan para kotoran yang hanyut yang sesekali mampir ke badan.

Sesampainya di depan rumah, pintu gerbang terkunci rapat. Namun keramaian yang kami timbulkan membuat penjaga rumah sebelah (rumah sebelah memiliki pintu penghubung dengan rumah Pakdhe), mas Rendi, keluar dan membukakan pintu untuk kami. Pakdhe, budhe dan mba Upi menyambut kami di lantai bawah. Ketinggian air meningkat semenjak saya tinggalkan. Sofa yang tadinya masih tegak berdiri kini sudah mulai melanglang ke kiri dan ke kanan.

Semua bekal dibongkar di lantai atas. Setelah berdoa bersama, Kris menyampaikan kondisi di luar kepada seluruh penghuni rumah sehingga beliau-beliau setuju untuk dievakuasi . Saat itu diperlukan kontak ke Dasa atau Bram untuk memberitahukan adanya evakuasi dan mengetahui kondisi di luaran tapi........... hand phone yang dibawa hanya satu ! Itupun yang paling lowbat dan tidak ada nomer keduanya di phone book......wha...... no one can remember their digit. Dengan metode gethok tular, hubungan dengan Dasa dapat dilakukan melalui telepon rumah yang sudah aktif kembali , ia mengingatkan kami untuk segera keluar dari lokasi, karena jalanan semakin gelap karena tidak adanya listrik menyala serta air yang bertambah tinggi mengharuskannya memindahkan jeep ke tempat yang lebih jauh. Kris minta minimal 30 menit untuk keluar dari lokasi.

Kira-kira pukul 6.15 p.m kami keluar dari rumah. Logistik ditinggal untuk persediaan mba Eni dan suaminya yang bersedia menjagakan rumah selama banjir. Hanya 5 menit kami menunggu, sebuah gethek yang didesain dari tumpukan kursi warung lewat. Empat orang, keluarga pakdhe ditambah mba Supi naik di atasnya. Kami berjalan disampingnya sambil membawakan barang-barang yang diletakkan di atas ember. Arus lebih deras dari yang sebelumnya. Kali ini kami menukar arah agar tidak terlalu sering melawannya.

Perjalanan memakan waktu lebih dari 30 menit, Dasa sudah memindahkan jeep mendekati tempat transit . Sesampainya di rumah mba Maya, keluarga mba Upi disambut hangat oleh tuan rumah , telah disediakan sebuah kamar untuk mereka. Kami sendiri hanya minum dan recharge tenaga sebentar sebelum kembali ke markas Gandaria. Komentar Pakdhe saya yang mengungsi : "Ternyata di sini lebih enak ya"

Mission successssss


Terimakasih kepada :
Kris, Jati, Adit, Aan, Dasa, Bram, Mas Kelik, mba Bebi, posko Pangestu




JANJI-MU SEPERTI FAJAR
Afen Hardiyanto

KETIKA KUHADAPI KEHIDUPAN INI
JALAN MANA YANG HARUS KUPILIH
KU TAHU KU TAK MAMPU
KU TAHU KU TAK SANGGUP
HANYA KAU TUHAN TEMPAT JAWABANKU

AKU PUN TAHU KU TAK PERNAH SENDIRI
S'BAB KAU ALLAH YANG MENGGENDONGKU
TANGAN-MU MEMBELAIKU
CINTA-MU MEMUASKANKU
KAU MENGANGKATKU KE TEMPAT YANG TINGGI

REFF:
JANJI-MU SEPERTI FAJAR PAGI HARI
DAN TIADA PERNAH TERLAMBAT BERSINAR
CINTA-MU SEPERTI SUNGAI YANG MENGALIR
DAN KU TAHU BETAPA DALAM KASIH-MU

Labels:

posted by Dhy at 12:20 PM

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

  • Blogger

  • Google

  • Finalsense

  • Sponsored Links

  • Downloads

  • Games Review

  • Technology Magazine

  • Templates

  • Designed by FinalSense