Sepotong.....

Saturday, February 24, 2007
Sepotong "Karena wanita ingin dimengerti -- Malam Minggu"
Sekitar Isya' lewat 30 menit saya tiba di gerbang depan perumahan Rancho Indah rumah tante saya yang akan saya kunjungi. Yup jadwal hari ini menginap di sana, untuk mempermudah acara olah rasa keesokan harinya.
Sempat tergoda untuk naik ojeg karena saat itu rasanya ingin segera pulang, mandi dan tidurr....Tapi karena batin masih kesal dengan acara tadi, saya memilih untuk jalan saja toh tidak seberapa jauh, siapa tau di jalan nemu duit seratus ribu jatuh kan lumayan

Baru 30 meter melangkah, dari kejauhan tampak keramaian di kanan kiri jalan. Banyak stand dadakan di bahu-bahu jalan menambah sempit jalan yang memang sudah sempit itu. Saya perhatikan stand-stand itu tampak sepi pengunjung. Yah, paling 1-2 pengunjung melihat-lihat.
Ketika melewati stand baju tidur wanita, dalam hati saya berkomentar, "Mana ada yang mau beli baju tidur ga ada seksi2nya." Model baju tidur yang dijual memang model piyama dan daster gombrong2. Yang kalau dipakai oleh wanita berbobot extra, dia akan nampak seperti karung, sedangkan bila saya yang pakai (maaf saja, saat ini saya memang sedang langsing2nya


Mendekati rumah yang dituju, saya menemukan juga stand yang paling ramai dikunjungi. Sekitar 4-5 wanita usia ibu-ibu ngga muda merubungi stand yang terletak mojok dengan penerangan yang sewajarnya. Tidak jelas barang apa yang dijual karena tidak ada sesuatupun yang digantung. Saya sempatkan mengintip, ternyata tidak berbeda dengan stand yang membuat saya terkesiap tadi.
Tuh...benar kan.....kalo tau caranya, barang ini yang akan paling laku di acara-acara seperti ini.
Karena wanita memang hanya ingin dimengerti

In a sentimental mood
( ELLA FITZGERALD)
In a sentimental mood
I can see the stars come through my room
While your loving attitude
Is like a flame that lights the gloom
On the wings of every kiss
Drifts a melody so strange and sweet
In this sentimental bliss
You make my paradise complete
Rose petals seem to fall
It's all I could dream to call you mine
My heart's a lighter thing
Since you made this night a thing divine
In a sentimental mood
I'm within a world so heavenly
For I never dreamt that you'd be loving sentimental me
Thursday, February 22, 2007
Sepotong "Hatiku Hatimu"
tuntutan dari luar, khususnya orang2 yang disayangi dan dihormati, menjadi tantangan baru yang harus dihadapi.
Today, I call my brother for an inspiration. By the way, he is an amazing Man in the world :D . I bet you will never meet a Man like him except him :D . Yeah...everybody is unique.
Actually I call him to tell about my condolence, hum....too exaggerated, my sadness related with Majapahit's site . Before I post that, there is no Majapahit's situs anymore. The last rubble have gone..........

By the way, the valuable thing from our 30 minute's conversation is his sentence : "Selalu merasa butuh Sang Guru / Kristus / Nur Muhammad." :)
He is my brother too ya Wandaaaa

Kekasih
by Rafika Duri
dimana...
dimasa kini
cinta putih susah dicari
tanyakan hatimu
lupakan egomu
jangan biarkan
kasih berlalu
mengapa kau pergi lagi
meninggalkan kasih sendiri
tiada alasan...
juga tiada pesan...
kau tega...
oh sungguh
kau tega...
jangan sampai kau terlena
seperti diriku yang dulu
jangan biarkan dia pergi
nanti kau kan menyesal jua
dia irama hidupmu
mohon maaf kembali padanya
kekasih...
tiada duanya
jangan sia-siakan dia
kharisma cintanya
suci tak bernoda
yang didambakan
Friday, February 16, 2007
Sepotong "Almarhum Bunda Theresa"

So many nights, I'd sit by my window,
So many dreams, I kept deep inside me,
Alone in the dark, but now you've come along.
And you light up my life,
You give me hope, to carry on.
You light up my days
And fill my nights with song.
Rollin' at sea, adrift on the waters
Could it be finally, I'm turning for home
Finally a chance to say, "Hey, I Love You"
Never, never again to be all alone.
You light up my life,
You give me hope, to carry on.
You light up my days
And fill my nights with song.
You light up my life
You give me hope to carry on
You light up my days
And fill my nights with song....
It can be wrong
When I feel so right
'Cos you
You light up my life
Wednesday, February 14, 2007
Sepotong "Belajar"
Yang selalu terbit tepat pada waktunya
Aku mau percaya Tuhan
Bahwa pertolonganmu bagiku
Akan selalu sampai tepat pada waktunya
Sekalipun aku belum melihat apapun hari ini
Aku mau tetap percaya pada-Mu
Percaya pada janji-janji-Mu
Manusia (tepatnya saya :P ) memang tidak pernah belajar dari sejarah. Sudah berapa kali pengalaman membenturkan, bahwa setiap hal pasti ada hikmah, ada maksudnya, ada sesuatu yang bisa dipetik.
Seperti pengalaman batal untuk mendapatkan sesuatu yang benar-benar diinginkan selama 7 tahun



Lalu pengalaman, what you resist persist, seperti tidak suka naik ojeg, dalam minggu ini sudah 3 kali naik ojeg karena memang harus begitu. Akhirnya, oh...saya mencintai ojeg :p
Dan sekarang nampaknya pernyataan itu harus dihadapi lagi untuk kedua kalinya untuk hal yang lebih besar.
Terkadang berpikir, kenapa terus dibenturkan ke hal-hal seperti ini lagi dan lagi

Ya, karena masih belum mau belajar kali ye........don't complaint too much girl

Mungkin, mungkin lho.....karena pada dasarnya manusia memang tidak boleh membenci sesuatu dan harus selalu bisa Rela, Sabar dan Menerima semua kehendak-Nya

Tanganmu membelaiku
Cintamu memuaskan-Ku
...dan kutahu betapa dalam kasih-Mu
Labels: Mikir-mikir
Sepotong "Blue"

When Im feeling blue, all I have to do
Is take a look at you, then Im not so blue
When youre close to me, I can feel your heart beat
I can hear you breathing near my ear
Wouldnt you agree, baby you and me got a groovy kind of love
Anytime you want to you can turn me onto
Anything you want to, anytime at all
When I kiss your lips, ooh I start to shiver
Cant control the quivering inside
Wouldnt you agree, baby you and me got a groovy kind of love, oh
When Im feeling blue, all I have to do
Is take a look at you, then Im not so blue
When Im in your arms, nothing seems to matter
My whole world could shatter, I dont care
Wouldnt you agree, baby you and me got a groovy kind of love
We got a groovy kind of love
We got a groovy kind of love, oh
We got a groovy kind of love
Tuesday, February 13, 2007
Sepotong "Reiki"
Sampai rumah menyapa2 sebentar teman2 yang ol.
Setelah nonton Intan, makan malam, nyapa2 lagi temen yang ol, nelpon sohib yang katanya mau nikah,kemudian pergi tidur lebih awal karena badan pegel semua khususnya kaki, karena selama jalan menggunakan sepatu ber-hak.
Jam 11 malam, dalam kekhusyukan tidur.
Hp berbunyi
Me : [nada mengantuk berat]Halo, iya.....
He : Tahu ngga kenapa kita bisa dekat selama ini.
Me : Hmm........(mikir sambil ngantuk) karena aku mengerti kamu dan kamu mungkin mengerti aku.
He : Iya, aku kan ikut reiki, ternyata dulu kamu pembantuku.
Me : Hei.....malam2 gini kamu nelpon aku cuman mau bilang kalo aku dulu pembantumu ??!!!
.....bla bla bla..........
................................................................
Ps : Tapi bila memang dulu kita terhubung, I think I was your mom ;)
Emotion
by : Destiny Child
[Kelly]
It's over and done
But the heartache lives on inside
And who's the one you're clinging to
Instead of me tonight?
And where are you now, now that I need you?
Tears on my pillow
wherever you go
I'll cry me a river that leads to your ocean
You'll never see me fall apart
In the words of a broken heart
It’s just emotion
Taking me over
Caught up in sorrow
Lost in the song
But if you don't come back
Come home to me, darling
Don’t you know
there's nobody left in this world to hold me tight?
Don't you know
there's nobody left in this world to kiss goodnight
Goodnight, goodnight
[Beyonce']
I'm there at your side,I'm part of all the things you are
But you've got a part of someone else
You've got to find your shining star
And where are you now, now that I need you?
Tears on my pillow wherever you go
I'll cry me a river that leads to your ocean
You'll never see me fall apart
In the words of a broken heart
It’s just emotion taking me over
Caught up in sorrow
Lost in the song
But if you don't come back
Come home to me, darling
Don’t you know
there's nobody left in this world to hold me tight?
Don't you know
there's nobody left in this world to kiss goodnight
Goodnight, goodnight
And where are you now,
[Michelle]
now that I need you?
Tears on my pillow
wherever you go
I'll cry me a river that leads to your ocean
You'll never see me fall apart
In the words of a broken heart
It’s just emotion taking me over
Caught up in sorrow
Lost in the song
But if you don't come back
Come home to me, darling
Don’t you know
there's nobody left in this world to hold me tight?
Don't you know
there's nobody left in this world to kiss goodnight
Goodnight, goodnight
Tuesday, February 06, 2007
Sepotong "Evakuasi"
Hari Minggu saya memutuskan untuk pindah dari rumah mba Maya ke rumah tante di Mataram Kebayoran Baru (tempat saya memang seharusnya tinggal he he he). Akan merepotkan bila terlalu lama di sana, karena air dan bahan makanan harus mereka irit. Toko-toko di sekitar mulai kehabisan stok. Tidak ada yang tahu pasti jalan yang bebas banjir yang dapat dilewati. Beruntung minggu siang ini jam 10 saudara saya tiba di Bandara Soekarno Hatta menuju rumah. Satu-satunya jalan yang dilewati kendaraan adalah tol. Dalam keadaan darurat seperti ini, semua kendaraan dibebaskan masuk tol, begitu juga penumpang dipersilakan mencegat kendaraan di dalam tol. Saya masuk dari tol Tanjung Duren, nyegat mobil saudara di pinggir jalan tol. Ada beberapa penumpang jurusan Bekasi menunggu Bis di situ juga. Satu jam menunggu, akhirnya mobil tiba juga. Saya kira petualangan banjir telah berakhir.
Kira-kira jam 1 siang Kris menelpon kembali


Kira-kira jam 3, kami ber-7 dengan menumpang Jeep tahun 1983 menuju lokasi dengan terlebih dulu membeli bahan makanan yang dibutuhkan di Hero Slipi. Hero dipadati oleh pembeli, bahan makanan tinggal tersedia sedikit, segala bentuk air mineral habis tak tersisa. Selesai belanja, secepat mungkin kami menuju rumah Mba Maya sebagai tempat transit.
Setelah menukar alas kaki dengan sandal jepit yang tersedia, kami mendekati lokasi menggunakan jeep. Kira-kira di tempat yang air tidak memasuki knalpot, jeep berhenti dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Kemudian dipilih dua orang yang mampu mengendarai jeep dan paling rapi ;) , Dasa dan Bram, untuk bertugas menjaga mobil, bila sewaktu-waktu air naik maka mobil harus segera dipindah ke tempat yang lebih aman.
Ekspedisipun dimulai



Sesampainya di depan rumah, pintu gerbang terkunci rapat. Namun keramaian yang kami timbulkan membuat penjaga rumah sebelah (rumah sebelah memiliki pintu penghubung dengan rumah Pakdhe), mas Rendi, keluar dan membukakan pintu untuk kami. Pakdhe, budhe dan mba Upi menyambut kami di lantai bawah. Ketinggian air meningkat semenjak saya tinggalkan. Sofa yang tadinya masih tegak berdiri kini sudah mulai melanglang ke kiri dan ke kanan.
Semua bekal dibongkar di lantai atas. Setelah berdoa bersama, Kris menyampaikan kondisi di luar kepada seluruh penghuni rumah sehingga beliau-beliau setuju untuk dievakuasi


Kira-kira pukul 6.15 p.m kami keluar dari rumah. Logistik ditinggal untuk persediaan mba Eni dan suaminya yang bersedia menjagakan rumah selama banjir. Hanya 5 menit kami menunggu, sebuah gethek yang didesain dari tumpukan kursi warung lewat. Empat orang, keluarga pakdhe ditambah mba Supi naik di atasnya. Kami berjalan disampingnya sambil membawakan barang-barang yang diletakkan di atas ember. Arus lebih deras dari yang sebelumnya. Kali ini kami menukar arah agar tidak terlalu sering melawannya.
Perjalanan memakan waktu lebih dari 30 menit, Dasa sudah memindahkan jeep mendekati tempat transit



Mission successssss

Terimakasih kepada :
Kris, Jati, Adit, Aan, Dasa, Bram, Mas Kelik, mba Bebi, posko Pangestu
JANJI-MU SEPERTI FAJAR
Afen Hardiyanto
KETIKA KUHADAPI KEHIDUPAN INI
JALAN MANA YANG HARUS KUPILIH
KU TAHU KU TAK MAMPU
KU TAHU KU TAK SANGGUP
HANYA KAU TUHAN TEMPAT JAWABANKU
AKU PUN TAHU KU TAK PERNAH SENDIRI
S'BAB KAU ALLAH YANG MENGGENDONGKU
TANGAN-MU MEMBELAIKU
CINTA-MU MEMUASKANKU
KAU MENGANGKATKU KE TEMPAT YANG TINGGI
JANJI-MU SEPERTI FAJAR PAGI HARI
DAN TIADA PERNAH TERLAMBAT BERSINAR
CINTA-MU SEPERTI SUNGAI YANG MENGALIR
DAN KU TAHU BETAPA DALAM KASIH-MU
Labels: Batavia
Monday, February 05, 2007
Sepotong "Banjir"
Semarang memang kota banjir, tepatnya kota air, sejak jaman Belanda. Langganan banjir setiap tahun di kawasan Semarang bawah adalah hal biasa. Kebetulan, keluarga saya tinggal di Semarang bagian atas, jadi kemungkinan banjir sangat kecil. Kalau sampai Semarang atas banjir, seluruh duniapun tahu, roda pemerintahan di kota Semarang berhenti, karena pusat pemerintahan berada di Semarang bawah, dan Semarang pun akan menjadi lautan bergabung dengan laut Jawa.
Tapi saya pernah mengalami banjir tahunan di Semarang atas saat masih SMU. Saat itu saya tinggal bersama sepupu di rumahnya yang ditinggalkan orangtuanya ke luar jawa di daerah Banyumanik (kurang tinggi apa coba .....) . Namun banjir itu curang




Masih berkaitan dengan Batavia trip saya (haiah membela diri, padahal .... :p ), hari Kamis kemarin saya sowan ke keluarga kakak ayah saya (pakdhe) yang tinggal di Grogol. Kebiasaan orang jawa menjaga tali silaturahmi dengan sowan-sowan dari satu sodara ke sodara yang lain, dan tentu saja harus menginap, paling tidak harus makan


Karena malamnya berkutat dengan photoshop hingga larut malam, Jumat pagi sekitar pukul 5 saya merasa ogah-ogahan untuk bangun ketika Budhe berteriak meminta supaya para asisten rumah tangga bangun dan menolong beliau memindahkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi, "Supi......, Eni........, bangun....bantu Ibu ngangkat-angkat barang........". Namun mendengar jenis perintahnya yang tidak biasa, saya paksakan juga untuk bangun dan keluar melihat apa yang terjadi.



Melihat kenaikan air yang menurut saya cukup cepat, saya sarankan agar barang-barang tidak hanya dinaikkan ke tempat yang lebih tinggi, namun dinaikkan ke lantai 2 sekalian


Air mulai memasuki rumah dari kolam ikan di teras belakang. Setiap melintasi genangan air, buru-buru saya cuci kaki dengan sabun. Dua jam kemudian, ketika air semata kaki dan menggenangi seluruh ruangan, ritual itu ditinggalkan namun saya dan sepupu masih menjerit-jerit jikalau ada kecoa yang mengambang di sekitar kaki (biar banjir, masih genit juga he he....

Puji Tuhan kami masih bisa makan siang

Di lantai atas tersedia 3 buku, Why Men Don't Listen And Women Can't Read Maps





Pengalaman banjir semata kaki waktu SMU (he he he....semata kaki aja gaya :p ) cukup memberikan pelajaran bagi saya mengenai gejala-gejala banjir yang akan surut. Ditambah info bahwa salah satu tanggul sungai di dekat rumah jebol, memaksa saya untuk waspada. Saat itu yang ada dalam benak hanyalah, mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Line telepon sempat terputus beberapa jam, satu-satunya akses ke luar hanyalah hp. Semua teman dan saudara di Semarang, Bandung, Tangerang, Depok yang diperkirakan tidak mengalami masalah banjir, dimintai tolong untuk memberikan informasi apa saja berkaitan dengan banjir yang melanda Jakarta, khususnya daerah Grogol. Jadi maap ya....yang lagi rapat ;) , lagi kerja de el el. Tapi trimakasih banyak lho..... yang masih menyempatkan diri menanyakan keadaan serta memberikan info-info yang berarti. Pastinya dari informasi yang didapat, Jumat sore sudah ada feeling bahwa banjir ini tidak akan surut dalam 1-3 hari, artinya : harus mengungsi ! Mengingat besok Sabtu adalah wisuda sepupu saya di UI Depok, saya dan sepupu, mba' Upi, berinisiatif untuk keluar sementara dari daerah banjir untuk persiapan besok. Untuk itu diperlukan informasi mengenai jalan-jalan yang bisa dilalui. Sayangnya, saudara yang tinggal di dekat jalan utama, Jl. Sudirman, sedang pergi ke Singapore, anak-anaknya sulit dihubungi (jaringan komunikasi mendadak menjadi selektif dalam memilih nomer-nomer yang bisa dihubungi), teman yang bekerja di jalan Sudirmanpun belum membalas sms karena pending berjam-jam (baru dibalas jam 3 pagi, waks....) .
Mas Nanang yang menurut saya intuisi untuk bertahan hidupnya tinggi, sudah sejak jam 3 sore meninggalkan rumah naik gethek ke Citraland yang berjarak sekitar 500m dengan membayar Rp. 40ribu . Dari dia bisa diketahui bahwa jalanan macet total. Sekitar jam 6 sore ia baru sampai jembatan Semanggi, dan harus turun di situ karena jalanan macet. Batallah niat kami untuk melarikan diri sementara, artinya batal juga wisuda esok (tapi selamat ya mba Upi....tetep jadi dokter kok


Karena badan lelah setelah kerja bakti, seluruh penghuni tewas sekitar pukul 8 malam. Sabtu pagi sekitar jam 3 teman yang bekerja di jalan Sudirman, mba Bebi, baru menerima lalu membalas sms (sedang menyusui ya :) ) yang membuat saya terjaga. Saat itu saya baca juga sms yang dikirimkan pada jam 9 malam oleh teman dari Semarang, Chandra, mengenai berita situasi terakhir banjir di Jakarta yang semakin parah, Ciledug tenggelam, iapun menyarankan saya untuk mencari hubungan komunikasi dengan tim SAR.
Saya tidak tahu dengan pasti topografi Ciledug dan hubungannya dengan daerah yang saya tinggali sekarang, yang saya tahu setiap berangkat dan pulang kerja di kebon jeruk, saya naik bus jurusan Grogol-Ciledug dan salah satu tante saya, sempat tinggal di sana selama 2-3 tahun 20 tahun yang lalu. Kembali saya hujani teman-teman dengan sms menanyakan nomor telepon SAR, hanya beberapa orang saja ding yang punya potensi menjawab, karena pulsa sudah mepet. Diperolehlah nomor penting itu, ditambah lagi adanya pengusahaan bantuan dari posko BNI untuk memberikan bantuan khusus perahu karet ke tempat kami. Memang, tempat kami tidak separah daerah lain yang dilalui tim SAR, tapi dengan pertimbangan sanitasi, suplai makanan (karena tidak parah, bantuan makanan minuman tidak sampai), air bersih, keselamatan , menurut saya penting untuk segera meninggalkan rumah. Kenapa menurut saya ? Karena, hanya saya dan mba Upi yang berpendapat seperti itu, anak-anak muda, mungkin karena hasrat untuk bertahan hidup masih tinggi. Berbeda dengan Pakdhe dan Budhe yang nampak masih tenang-tenang saja. Saya jadi bertanya-tanya pada mba' Upik

Menurut beliau-beliau banjir akan segera surut dalam beberapa jam lagi, karena dulu-dulu seperti itu walaupun tidak pernah lebih dari mata kaki. Sayang sekali memang, dari orang-orang yang menghubungi dan dihubungi beliau saya kira tidak ada satupun yang memberitahukan situasi yang terjadi di luar. Tapi saya maklum, sangat maklum, karena itu adalah rumah beliau, nilai rasa memilikinya pasti berbeda dengan saya yang hanya datang berkunjung. Saya kira orang-orang yang menghubungi beliaupun akan mengira bahwa kami baik-baik saja, karena setiap ditelepon beliau-beliau tampak tenang-tenang saja bahkan mengajak bercanda. Padahal...

Agak ngga enak hati juga ketika akhirnya saya memutuskan untuk mengungsi sendirian. Sebelum pergi saya coba buat pengkondisian hal-hal yang diperlukan apabila pada akhirnya penghuni rumah bersedia mengungsi. Setelah packing barang-barang yang sekiranya perlu dibawa bila akhirnya pakdhe budhe memutuskan mengungsi, saya pun pamitan dan sekali lagi membujuk beliau untuk ikut mengungsi, hasilnya........gagal............

Sambil menunggu gethek lewat saya amati keadaan sekitar. Di depan rumah kami adalah restoran Pondol yang cukup terkenal, mereka memiliki genset sebagai sumber listrik, letaknyapun lebih tinggi dari rumah kami karena merupakan bangunan baru. Di sebelah kiri Pondol adalah bangunan lama yang ditempati oleh anak kos. Saya lihat ada seorang pria yang terus membuang air dari teras rumahnya ke jalanan. Ketika ditanya apa yang sedang dilakukannya, dia menjawab "Sedang membuang kotoran banjir."


Tiga puluh menit saya menunggu, kira-kira jam setengah 1 siang lewatlah sebuah gerobak sampah yang telah didesain sedemikian rupa sehingga tersedia tempat duduk dan bagasi ala kadar untuk orang yang mau menumpang di atasnya. Sebelumnya saya sudah kontak dengan saudara saya yang lain, sepupu ibu, yang tinggal di daerah Grogol juga namun daerahnya kering, listrik masih menyala, meski PAM sudah mati tapi akses untuk air bersih masih mudah. Putri beliau, mba Maya, akan menjemput saya di Jalan Tawakal Raya sebelah Trisakti.
Kurang lebih 15-20 menit perjalanan yang dibutuhkan untuk sampai di Tawakal Raya. Jalanan menuju jalan raya sudah mencapai dada orang dewasa. Di jalan raya masih ada daerah yang kering. Mobil-mobil diparkir di situ. Memutar Roxy Hp Center, banjir setinggi betis namun arusnya sangat deras, banyak anak-anak keceh (bermain air) di situ. Di depan Rumah Sakit Sumber Waras banjir bertambah dalam hingga sepaha, halaman depan Rumah Sakit sendiri tingginya hanya setengah roda mobil. Di Trisakti sendiri banjir cukup dalam, lebih dari pinggang.Di Depan Tawakal Raya banjir mencapai pinggang, memasuki Tawakal Raya banjir semakin rendah.
Setelah bertemu dengan mba Maya, saya turun dari Gerobak Kebesaran :P dan membayar Rp. 60 ribu (btw itu kemahalan ! katanya sie......). Suasana pun mengharu biru (he he he exaggerated), biasa aja ding




Thanks to : Kris Wijoyo, Chandra Yulian Pasha, Mas Oddy Anjar, mba Bebi, mbakyu suTining :), Tante Yanti sekeluarga, Mba Maya sekeluarga, pakdhe & budhe Gafar serta semua pihak yang telah membantu saya untuk mengungsi baik secara langsung maupun tidak langsung

